Sumenep, 20 Agustus 2025 – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, Panitia HUT RI Kecamatan Pasongsongan melalui Bidang Seni menyelenggarakan rangkaian lomba seni yang meriah dan penuh semangat kebangsaan. Kegiatan ini berlangsung mulai tanggal 18 hingga 20 Agustus 2025 di Aula Kecamatan Pasongsongan, dan akan ditutup dengan Grand Final pada Jumat, 22 Agustus 2025.
Ada tiga cabang lomba yang dipertandingkan tahun ini, yaitu Lomba Baca Puisi, Lomba Menyanyi Solo Lagu Perjuangan, dan yang menjadi sorotan khusus adalah Lomba Pidato Bahasa Madura.
Koordinator Bidang Seni, Agus Sugianto, S.Pd, yang telah dipercaya empat kali berturut-turut memegang posisi tersebut, menjelaskan bahwa pelaksanaan lomba tahun ini diperpanjang menjadi empat hari karena lonjakan jumlah peserta yang luar biasa.
“Tahun ini peserta sangat membludak. Selain itu, jenjang lomba juga kami perluas. Kalau dulu hanya untuk SD/MI dan SMP/MTs, sekarang kami tambahkan peserta dari jenjang SMA/MA,” jelas Agus yang dikenal dengan penampilannya yang khas, selalu mengenakan blangkon dalam setiap kegiatan.
Untuk mengatur jalannya perlombaan, babak penyisihan dibagi menjadi tiga hari. Hari pertama, Senin 18 Agustus, dikhususkan untuk peserta dari wilayah selatan gunung, mengingat kondisi geografis Kecamatan Pasongsongan yang terbagi menjadi wilayah selatan dan utara gunung. Sedangkan hari kedua dan ketiga ditujukan bagi peserta dari wilayah utara.
“Pembagian wilayah ini untuk memberi kemudahan mobilitas peserta. Kami ingin semua peserta bisa tampil maksimal tanpa terbebani oleh jarak dan waktu tempuh yang berat,” tambah Agus.
Kegiatan berlangsung dengan sangat meriah dan penuh antusiasme. Aula kecamatan dipenuhi oleh peserta, guru pendamping, serta masyarakat umum yang turut memberikan semangat. Sorak sorai dan tepuk tangan mengiringi setiap penampilan peserta, menjadikan suasana lomba hidup dan inspiratif.
Yang menarik perhatian khusus adalah pelaksanaan Lomba Pidato Bahasa Madura, yang menjadi satu-satunya lomba yang menggunakan bahasa daerah. Agus Sugianto mengungkapkan bahwa alasan diadakannya lomba ini adalah sebagai bentuk pelestarian Bahasa Madura, yang kini semakin jarang digunakan secara tepat oleh generasi muda.
“Bahasa Madura itu kaya, punya tingkatan dan ejaan yang khas. Tapi sekarang banyak siswa yang sudah mulai kehilangan pemahaman terhadap struktur bahasa Madura yang benar. Mereka lebih sering menggunakan bahasa campuran atau tidak memperhatikan tingkatan,” jelas Agus.
Menurutnya, melalui lomba ini siswa didorong untuk lebih mencintai bahasa daerahnya sendiri, sekaligus mempelajari kembali kaidah bahasa Madura yang sesuai.
“Tujuan utamanya bukan hanya lomba. Tapi bagaimana anak-anak ini merasa bangga dan mau belajar lagi tentang bahasanya sendiri. Kalau rasa cinta itu tumbuh, mereka akan belajar bukan karena disuruh, tapi karena ingin,” pungkasnya.
Apresiasi pun datang dari berbagai pihak, termasuk guru-guru pendamping yang menyambut baik lomba ini sebagai langkah konkret dalam menghidupkan kembali identitas kultural daerah di kalangan generasi muda.
Sementara itu, penampilan peserta dari wilayah selatan gunung juga mendapat perhatian. Meski berasal dari daerah dengan akses terbatas, mereka tampil dengan percaya diri dan menunjukkan kualitas yang tidak kalah dengan peserta dari wilayah utara.
“Kami sangat bangga. Anak-anak dari selatan gunung membuktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk berprestasi,” ujar salah satu pendamping dari sekolah di wilayah selatan.
Dengan kegiatan ini, Bidang Seni Panitia HUT RI Kecamatan Pasongsongan berharap bisa menumbuhkan semangat nasionalisme yang berpadu dengan kecintaan terhadap seni dan budaya lokal. Diharapkan kegiatan serupa dapat terus berlangsung di tahun-tahun mendatang, dengan skala yang lebih besar dan dukungan yang lebih luas.
Penulis : Redaksi