Kado Pahit di Hari Kemerdekaan
Sorotan.co.id – Tepat 17 Agustus, saat rakyat kecil berkeringat lomba balap karung demi sejumput semangat nasionalisme, kabar “bahagia” itu datang. Setya Novanto, sang maestro e-KTP yang konon pernah hilang ingatan saat dicecar KPK, kini dibebaskan bersyarat. Iya, betul. Bebas. Merdeka. Pulang. Entah nanti muncul lagi di Bali pakai topi dan kacamata, atau sekadar jogging-jogging santai di perumahan elit.
Dulu, waktu masuk penjara, Setnov sempat viral karena bisa selfie di luar sel, keluyuran ke toko bangunan, hingga “menginap” di paviliun VIP ala lapas rasa hotel. Sekarang, dibebaskan. Katanya sih, sudah jalani lebih dari dua pertiga masa tahanan dan “berkelakuan baik”.
Pertanyaannya: baik menurut siapa? Baik karena nggak nyontek saat salat tarawih, atau baik karena nggak main curang waktu main catur di lapas?
Pembebasan bersyarat ini katanya sudah sesuai prosedur. Prosedur? Mungkin prosedur ala “hukum tumpul ke atas, tajam ke tukang cilok”. Sementara rakyat kecil yang nyolong sendal bisa dihajar masa, dihukum sekian bulan, tanpa syarat. Yang ini? Korupsi triliunan, bikin proyek amburadul, rakyat rugi, dan negara malu di forum internasional, eh malah dapat kado merah putih: kebebasan.
Lucunya, pejabat bilang “ini hak setiap warga binaan”. Oke. Tapi jangan lupa, ini juga hak rakyat buat kecewa dan mencibir keras. Masa, di bulan kemerdekaan, kita malah diingatkan bahwa koruptor bisa dapat tiket pulang lebih dulu, sementara korban banjir dan jalan rusak harus antri minta ganti rugi yang entah kapan turun.
Dewi keadilan sekarang bukan cuma buta—mungkin juga tuli dan hilang arah. Atau jangan-jangan, sebenarnya dia sudah punya Google Maps yang langsung pointing ke rumah mantan napi koruptor?
Di tengah rakyat yang makin melek hukum, malah hukum makin lihai menutup mata. Dalam negara yang katanya menjunjung tinggi moral dan integritas, kenapa koruptor bisa “rehat” lebih cepat dari aktivis yang dikriminalisasi?
Akhirnya, kita cuma bisa geleng-geleng, lalu kirim pesan buat Pak Setnov: selamat datang kembali di dunia bebas. Tapi jangan salah, rakyat belum lupa. Dan kemerdekaan, semestinya milik mereka yang tak mencuri hak orang lain.
Oleh : Gus Dr. Sholikh Al Huda, M. Fil. I
Ketua Pusat Forum Dosen Indonesia ( FoRDESI)
Editor : Redaksi